YOGYAKARTA – Penyakit menular, khususnya TBC, malaria, dan HIV-AIDS, tetap menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia. Dalam sepuluh tahun terakhir, morbiditas yang disebabkan oleh penyakit degeneratif, seperti kanker, penyakit jantung, gangguan metabolisme, dan ketergantungan tembakau, telah meningkat secara signifikan. “Perubahan penyakit dari sebelumnya yang lebih didominasi penyakit tidak menular menjadi menular akibat adanya perubahan lingkungan, sosial ekonomi, demografi, dan sosial budaya,†kata peneliti patologi klinik FK UGM, dr. Elizabeth Henny Herningtyas, M.D., Ph.D., kepada wartawan, Senin (7/11).
Pernyataan itu disampaikan dalam rangka pelaksanaan simposium internasional tentang perkembangan mutakhir pengobatan biomedis dari molekuler hingga aplikasi, 17-18 November 2011, di Auditorium FK UGM. Menurut Elizabeth, untuk mengatasi morbiditas akibat penyakit menular diperlukan penelitian translasi melibatkan ilmu kedokteran dasar, termasuk pada tingkat molekuler, ilmu kesehatan masyarakat dan klinis, yang telah diterapkan antarnegara perlu untuk dilakukan kolaborasi. Dengan demikian, penanganan penyakit menular dapat dilakukan dengan baik. Meski kemajuan tiap negara dalam bidang ilmu biomedis berbeda. “Kolaborasi ini akan meningkatkan tidak hanya kualitas penelitian, tetapi juga meningkatkan kualitas sumber daya manusia, pendidikan, serta jaringan,†katanya.
Ketua Panitia Simposium Internasional, Dr. Eti Nurwening Sholikhah, M.D., M.Sc., menuturkan simposium direncanakan dihadiri oleh 51 peneliti dari bidang ilmu kedokteran, biologi, material, dan informasi dari berbagai negara, antara lain Indonesia, Jepang, Malaysia, dan Perancis. Ditambahkan bahwa simposium akan dimanfaatkan sebagai ajang tukar pengalaman namun juga bertujuan untuk memperkuat jaringan penelitian dan kolaborasi. “Lima tema besar yang dipanelkan dalam simposium tersebut, yakni penyakit degeneratif, penyakit infeksi, kesehatan reproduksi, perkembangan obat, serta nutrisi dan gizi,†katanya.
Menjawab pertanyaan wartawan terkait dengan hasil penelitian yang dilakukan FK UGM dalam pengobatan penyakit menular, Eti menginformasikan ia bersama dengan anggota tim peneliti lainnya tengah melakukan penelitian pemanfaatan tanaman akar pasak bumi untuk dimanfaatkan sebagai obat anti malaria. Bahkan, penelitian yang sudah berlangsung selama 10 tahun ini tengah dilakukan ujicoba pada tubuh manusia. “Masih dibuktikan keefektifan dan keamanan obatnya,†pungkasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)